BeritaInvestor.id – Pada awal perdagangan di Asia pada Selasa (19/9) pagi, harga minyak mengalami kenaikan. Peningkatan ini terjadi seiring dengan berkurangnya produksi minyak serpih di Amerika Serikat, yang memicu kekhawatiran lebih lanjut mengenai defisit pasokan. Hal ini disebabkan oleh pengurangan produksi minyak yang berkepanjangan yang dilakukan oleh Arab Saudi dan Rusia.
Menurut laporan dari Reuters, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS (WTI) naik sebesar 90 sen atau sekitar 1%, mencapai US$92,38 per barel, pada pukul 00.18 GMT. Meskipun demikian, harga tersebut masih sedikit di bawah level tertinggi dalam 10 bulan yang dicapai pada awal pekan ini.
Sementara itu, harga patokan minyak mentah global, Brent, mengalami kenaikan sebesar 27 sen atau sekitar 0,3 persen, mencapai US$94,70 per barel.
Pangeran Abdulaziz bin Salman, Menteri Energi Arab Saudi, mempertahankan pemotongan pasokan minyak pasar oleh OPEC+. Ia menyatakan bahwa pasar energi internasional membutuhkan regulasi yang lebih ringan untuk mengendalikan volatilitas. Pangeran Abdulaziz juga memperingatkan adanya ketidakpastian terkait permintaan minyak dari Tiongkok, pertumbuhan di Eropa, dan tindakan bank sentral dalam mengatasi masalah inflasi.
Dengan perkembangan harga minyak yang terus naik, pasar minyak dunia terus menjadi sorotan dalam konteks kebijakan pasokan energi global.
Disclaimer : Artikel ini hanya bersifat informasional dan tidak mengandung rekomendasi investasi.