BeritaInvestor.id – S&P Global mencatat penurunan signifikan pada sektor manufaktur Indonesia. Menurut ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti, PMI Manufaktur Indonesia pada April 2025 anjlok ke level 46,7, masuk fase kontraksi (di bawah 50). Ini adalah kontraksi pertama dalam lima bulan, disebabkan penurunan tajam penjualan dan output sejak Agustus 2021.
Komparasi dengan Negara Se-ASEAN
Pada periode yang sama, PMI manufaktur di Filipina tetap ekspansif (50,4) berkat kebijakan perlindungan pasar dalam negeri dan bebas dari beban tarif Trump. Namun, Thailand (49,5), Malaysia (48,6), serta Jepang (48,5) juga kontraksi. China, meski masih ekspansif, melambat ke 50,4, turun dari bulan sebelumnya.
Kondisi Perusahaan Menyusut
Laporan S&P Global menunjukkan perusahaan mengurangi pembelian bahan baku dan tenaga kerja. Stok barang jadi pun ditekan karena penjualan lesu. Usamah memperingatkan outlook suram: “Kondisi ini akan berlanjut beberapa bulan ke depan, karena perusahaan fokus membersihkan pekerjaan tertunda akibat tidak adanya permintaan baru”.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.