BeritaInvestor.id – Ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% pada April 2025. Keputusan ini didukung oleh faktor-faktor seperti stabilitas kurs rupiah berkat cadangan devisa yang mencapai US$157 miliar, serta kebutuhan stimulus bagi sektor riil. Namun, risiko seperti arus keluar modal asing dan puncak pembayaran utang pemerintah tetap menghantui.
Faktor Stabilitas Kurs Rupiah
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah masih bisa dikendalikan berkat cadangan devisa yang mencukupi. BI dinilai tidak perlu menaikkan suku bunga untuk intervensi pasar. “Cadangan devisa US$157 miliar memungkinkan intervensi tanpa kenaikan bunga,” ujarnya.
Kebijakan Stimulus Suku Bunga BI
Bhima menambahkan, BI juga menjaga suku bunga 5,75% sebagai insentif bagi debitur. Hal ini untuk mencegah kenaikan beban bunga pinjaman di sektor usaha dan konsumen. Namun, risiko tetap ada seperti repatriasi dana investor asing saat musim pembagian dividen.
Risiko Capital Outflow dan Utang Pemerintah
Tiga bulan berbahaya untuk pembiayaan pemerintah adalah Juni (Rp178,9 triliun), Agustus (Rp105,3 triliun), dan Oktober (Rp100,7 triliun). Bhima memperingatkan tekanan rupiah bisa bertambah jika terjadi kenaikan tarif atau mundurnya investasi asing seperti kasus LG di industri baterai.
Pandangan Prof Telisa Aulia Falianty
Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Prof Telisa, mengakui peluang BI menurunkan suku bunga ada karena inflasi rendah. Namun, stabilitas rupiah dan risiko capital outflow masih menjadi hambatan utama. “Risiko arus modal asing keluar tetap tinggi,” imbuhnya.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.