BeritaInvestor.id – Meski konsumsi rumah tangga lesu menjelang Lebaran 2025, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto yakin momentum Idulfitri masih bisa dorong pertumbuhan ekonomi kuartal I. Pemerintah menekankan program THR dan insentif belanja sebagai pengungkit daya beli.
Pola Belanja Anomali Menyebabkan Deflasi
Center of Reform on Economics (Core) mencatat kelompok menengah ke bawah mengurangi belanja jelang Ramadan. Data BPS memperkuat ini: inflasi bulanan Februari 2025 turun -0,48% secara tahunan (-0,09%) dan year to date (-1,24%). Deflasi terjadi bahkan pada makanan, minuman, serta listrik—sektor yang biasanya naik. Kelompok perumahan terdampak insentif tarif listrik 50% (Jan-Feb), sementara sektor makanan turun -0,12% bulanan.
Retail dan Transaksi Keuangan Jatuh
Indeks Penjualan Riil (IPR) Februari 2025 terkontraksi 0,5% (yoy), dipicu penurunan penjualan makanan hingga -1,7%. Ritel besar seperti Indomaret hanya tumbuh 4% pada 2024 vs 44,7% tahun sebelumnya. Transaksi ATM/debit turun signifikan (-4%) sementara kartu kredit stagnan di 8%, jauh di bawah tren prapandemi.
Impor dan Pemudik Menurun
BPS mencatat impor bahan konsumsi Februari 2025 anjlok 10,6% dibanding Januari, atau -21% dari tahun lalu. Kementerian Perhubungan memproyeksi pemudik Lebaran turun 24% (146 juta orang) vs 2024 akibat penurunan daya beli.
Peringatan BI: Ketidakstabilan Makro
Pemangkasan konsumsi terjadi sejak IPR stagnan di bawah 5% pasca-2017. Survei Bank Indonesia juga menunjukkan ekspektasi penghasilan turun 1,1%, sementara lapangan kerja jatuh -2,1%. Kondisi ini menggambarkan tekanan sistemik pada daya beli masyarakat.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.