BeritaInvestor.id – Laporan terbaru mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Februari menunjukkan kondisi yang kurang baik. Penurunan pendapatan dari pajak dan rencana penggunaan dividen BUMN untuk Danantara bisa membuat keuangan negara mengalami kekurangan sampai Rp150 triliun hingga Rp160 triliun. Analis dari Mega Capital Sekuritas memperkirakan jika masalah ini tidak ditangani, defisit fiskal bisa mencapai -3,16% hingga -3,19% dari PDB tahun ini.
Risiko dari Pembiayaan Danantara
Fitch Ratings juga mengeluarkan peringatan tentang risiko yang mungkin muncul karena kehadiran Danantara. Mereka mengkhawatirkan bahwa pembiayaan melalui Danantara berpotensi menambah utang pemerintah dalam jangka panjang. Jika Danantara tidak dikelola dengan baik, utang yang terakumulasi dapat membebani neraca fiskal.
Realisasi Penerimaan Pajak dan Penyebab Penurunan
Sampai akhir Februari, penerimaan pajak hanya mencapai Rp187,8 triliun, yang merupakan sekitar 8,6% dari target APBN 2025 sebesar Rp2.189,3 triliun. Ini turun hingga 30,19% dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini diakibatkan oleh turunnya harga komoditas global, seperti batu bara dan minyak mentah. Anggito Abimanyu, Wakil Menteri Keuangan, menyatakan bahwa ini adalah kondisi yang normal dan ada juga faktor administrasi yang mempengaruhi.
Respon Pasar Setelah Rilis Kinerja APBN
Setelah laporan APBN diumumkan, pasar menunjukkan reaksi negatif. Imbal hasil SURAT UTANG NEGARA (SUN) mengalami kenaikan. Tambahan lagi, indeks saham juga ditutup turun hingga 0,26%, menunjukkan kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian dalam perencanaan belanja pemerintah ke depan.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.