BeritaInvestor.id – Rupiah terus melemah dan kini menjadi mata uang terlemah di Asia. Meski Bank Indonesia sudah melakukan intervensi dengan menyalurkan dolar AS, rupiah mencapai level Rp16.430/US$, dan saat ini berada di Rp16.426/US$. Hal ini menggambarkan pelemahan sebesar 0,52%. Sementara itu, sebagian besar mata uang Asia juga tertekan, tetapi rupiah mengalami penurunan paling dalam. Hanya beberapa mata uang seperti yuan dan yen yang menguat.
Intervensi oleh Bank Indonesia
Sejak pagi, Bank Indonesia telah melakukan banyak intervensi di berbagai pasar untuk menahan pelemahan ini. Edi Susianto, Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, menyatakan, “Kami tetap berada di pasar dengan intervensi di tiga tempat untuk menjaga kepercayaan market dan menyeimbangkan pasokan demand-supply valuta asing.” Rupiah telah turun 1,97% tahun ini, menjadi mata uang terburuk di kawasan Asia.
Pengaruh Pasar Keuangan Global
Sebagian pasar mengalami ketidakpastian akibat kekhawatiran resesi di Amerika Serikat. IHSG juga tertekan, turun 0,91% pada sesi pertama perdagangan. Banyak bursa Asia lainnya juga mengalami penurunan. Pasar obligasi pun tidak berbeda, di mana harga surat utang mengalami penurunan dengan yield SUN 3 tahun naik 4,9 basis poin ke level 6,609%.
Kenaikan CDS dan Risiko Kredit
Tingkat premi investasi di Indonesia, yaitu Credit Default Swap (CDS) dengan tenor 5 tahun, naik ke level tertinggi dalam dua bulan terakhir, yaitu 79,83 dan menunjukkan kenaikan 3% dalam dua hari. Ini menunjukkan bahwa investor melakukan pemantauan ketat terhadap risiko default. CDS berfungsi sebagai proteksi terhadap risiko kredit. Jika premi CDS naik, berarti risiko kegagalan kredit meningkat. Ini sejalan dengan kondisi pasar saat ini yang melemah, mendorong investor mencari perlindungan lebih.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.