BeritaInvestor.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa penggunaan pinjaman Buy Now Pay Later (BNPL) dan pembiayaan melalui perusahaan fintech mengalami lonjakan menjelang Lebaran 2025. Pembiayaan BNPL naik 41,9% dari tahun ke tahun, dengan nilai outstanding mencapai Rp 7,12 triliun pada Desember 2024, setelah sebelumnya mencatat pertumbuhan 37,6% yoy. Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas PVML OJK, menyatakan bahwa lonjakan ini mencerminkan tingginya permintaan masyarakat. Rasio kredit bermasalah berada di angka 3,70%, yang menunjukkan perlunya kewaspadaan dalam peningkatan penggunaan pembiayaan ini.
Pertumbuhan P2P Lending dan Tren Belanja Digital
Selain BNPL, pinjaman daring atau P2P lending juga menunjukkan pertumbuhan signifikan. Pada Januari 2025, total pinjaman daring naik 29,94% yoy, mencapai Rp 78,5 triliun, dengan tingkat wanprestasi tetap terjaga di 2,52%. Agusman menekankan bahwa tren ini mirip dengan tahun lalu saat terjadi lonjakan yang sama menjelang Ramadan.
Kenaikan Kredit Bank dan Porsi BNPL
OJK melaporkan bahwa kredit bank melalui skema BNPL mencapai Rp 22,57 triliun pada Januari 2025, naik 45,73% yoy, dengan porsi kredit BNPL dari bank sekitar 0,29%. Jumlah rekening pengguna juga meningkat dari 23,99 juta menjadi 24,44 juta akun pada periode yang sama.
Pertumbuhan Sektor Perbankan di 2025
Pertumbuhan kredit industri perbankan secara keseluruhan juga mencatat kenaikan 10,27% yoy menjadi Rp 7.782 triliun pada Januari 2025. Sektor investasi mendukung pertumbuhan ini dengan kenaikan 13,22% yoy, diikuti oleh kredit konsumsi yang tumbuh 10,37% yoy dan kredit investasi naik 8,4% yoy. OJK menyarankan agar pembiayaan tetap terkendali untuk menghindari peningkatan rasio kredit bermasalah di masa mendatang.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.