BeritaInvestor.id – Pandu Sjahrir, Chief Information Officer Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), baru saja menghadiri acara penting di Singapura. Ini adalah kesempatan perdana bagi Danantara untuk bertemu investor internasional. Acara ini berlangsung pada 3-4 Maret dalam rangka UBS OneASEAN Summit 2025 dan dihadiri lebih dari 30 investor global dengan total aset sekitar US$ 2,5 miliar di Indonesia.
Kepercayaan Investasi
Pandu menyampaikan bahwa Danantara bisa menjadi pilihan menarik bagi para investor berkat potensi dividen yang lebih tinggi dan tata kelola yang lebih baik. Laporan UBS menunjukkan bahwa untuk menjaga transparansi, Danantara akan memiliki dewan direksi independen serta sistem audit internal yang profesional. Satu langkah penting adalah memasukkan Tony Blair, mantan Perdana Menteri Inggris, ke dalam Dewan Pengawas.
Pembiayaan Danantara
Danantara berencana untuk mengumpulkan modal awal sebesar US$ 20 miliar dalam 12 bulan ke depan. Sumber dana ini akan berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), surplus anggaran negara, dan realokasi fiskal. Saat ini, fokus utama Danantara adalah membangun timnya meskipun sudah ada proyek senilai US$ 65 miliar dalam pipeline. Proses pengelolaan BUMN di bawah Danantara diharapkan selesai pada akhir Maret.
Fokus Investasi Danantara
Danantara ingin mencari keseimbangan investasi, baik di sektor publik maupun swasta. Beberapa area fokus investasi meliputi:
– Hilirisasi industri.
– Energi terbarukan.
– Infrastruktur digital.
– Ketahanan energi.
Antusiasme dan Kekhawatiran Investor
Investor swasta menunjukkan ketertarikan terhadap Danantara dan menghargai pendekatannya yang profesional. Namun, ada beberapa kekhawatiran yang perlu diatasi. Pertama, ada ketidakpastian informasi karena narasi yang berbeda di media. Kedua, kekhawatiran tentang risiko politik, seperti pengaruh DPR dalam keputusan korporasi. Ketiga, investor ingin ada kejelasan mengenai kebijakan dividen Danantara, baik terkait reinvestasi maupun tujuan jangka pendek dan menengah. Keempat, investor berharap ada transparansi mengenai frekuensi laporan dan dampak ekonomi.
Investor juga menyadari adanya risiko global dan domestik yang dapat mempengaruhi keputusan investasi. Dengan ketidakpastian kebijakan pemerintah, mereka kesulitan mencari kepastian dalam kondisi pasar yang fluktuatif.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.