BeritaInvestor.id – Indonesia baru saja mencatat deflasi tahunan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 20 tahun. Ini terjadi berkat diskon tarif listrik dari Pemerintah yang membantu meningkatkan konsumsi. Pada bulan Februari, Indeks Harga Konsumen mengalami deflasi sebesar -0,09% dibandingkan tahun lalu. Terakhir kali deflasi terjadi adalah pada Maret 2000 dengan angka -1,17%.
Deflasi Bulanan
Untuk bulan Februari, deflasi juga tercatat 0,48% secara bulanan. Angka ini jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan inflasi sebesar 0,11% secara bulanan dan 0,55% secara tahunan. Penurunan ini dipicu terutama oleh turunnya pengeluaran untuk perumahan, listrik, air, dan bahan bakar, yang turun hingga -12,08% tahun ke tahun.
Perubahan Harga Komoditas
Beberapa harga pangan seperti beras, tomat, dan cabai merah juga mengalami penurunan seiring dengan datangnya musim panen. Meskipun kelompok makanan dan minuman mengalami deflasi 3,59%, secara tahunan ada kenaikan 2,25% akibat lonjakan harga minyak goreng dan cabai.
Inflasi Inti dan Kebijakan Moneter
Meski deflasi mencolok, inflasi inti, yang tidak memperhitungkan harga pangan bergejolak dan bahan bakar, masih naik menjadi 2,48%. Hal ini memberikan tantangan bagi Bank Indonesia dalam mengatur suku bunga. Meskipun ada ruang untuk memangkas suku bunga, kekhawatiran akan stabilitas rupiah membuat banyak analis skeptis. Rupiah mengalami tekanan, hampir menyentuh level terendahnya.
Risiko Ekonomi dan Prospek Kebijakan
Analis dari Mega Capital Sekuritas mengindikasikan bahwa Bank Indonesia tidak akan memanfaatkan deflasi ini untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, karena fokus mereka lebih pada stabilitas rupiah. Ekonom lain juga menilai bahwa penurunan harga saat ini tidak mencerminkan penurunan permintaan.
Rupiah menunjukkan sedikit pemulihan awal pekan ini, menguat 0,6% menjadi Rp16.480/US$, setelah sebelumnya mencapai Rp16.592/US$. Namun, pelemahan tahunan rupiah masih mencolok, dengan penurunan 2,29%, akibat arus keluar modal asing dari pasar.
Dalam Rapat Dewan Gubernur Februari, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga, meskipun banyak yang mengharapkan pemangkasan. Gubernur Perry menegaskan bahwa fokus kebijakan tetap pada stabilitas rupiah, berbeda dengan pandangannya sebelumnya tentang pertumbuhan ekonomi. Beberapa analis kini memperkirakan bahwa Bank Indonesia akan menahan BI Rate di 5,75%, meskipun keputusan bisa berubah tergantung kondisi global.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.