BeritaInvestor.id – Kenaikan Bunga SRBI di Tengah Terpuruknya Rupiah
Bank Indonesia baru saja meningkatkan bunga pada instrumen moneter Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Ini terjadi saat nilai tukar rupiah merosot ke level terendahnya di Rp16.592/US$. Bunga diskonto SRBI untuk tenor 12 bulan kini berada di 6,437%, lebih tinggi dari sebelumnya 6,400%. Kenaikan ini menjadi yang pertama setelah 8 lelang beruntun mengalami pemangkasan.
Minat Pasar Menurun Drastis
Minat pelaku pasar dalam lelang SRBI hari ini sangat rendah, dengan total incoming bids hanya mencapai Rp17,22 triliun. Ini turun lebih dari setengah dibandingkan Rp40,32 triliun pekan lalu. Investor tampaknya meminta imbal hasil yang lebih tinggi, mencatatkan rata-rata permintaan yield di 6,50% untuk tenor 12 bulan. BI memenangkan penawaran sebesar Rp8 triliun, sama seperti lelang sebelumnya.
Rupiah dan IHSG Tertekan
Rupiah bahkan mencatatkan level terlemah baru, menyentuh Rp16.592/US$. Ini lebih rendah dari level saat pandemi lima tahun lalu. Sekaligus, IHSG juga merosot lebih dari 2%, menurun hingga 20% dari puncak tertinggi pada bulan September.
Intervensi Bank Indonesia
Dalam menjaga stabilitas, Bank Indonesia aktif mengintervensi pasar. Edi Susianto, Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter BI, menyatakan, “Kami masuk ke pasar dengan berani untuk mempertahankan supply demand valas untuk menjaga kepercayaan pasar.”
Dalam sebulan terakhir, investor asing telah menjual saham senilai US$446,3 juta atau sekitar Rp7,34 triliun, dengan total penjualan sejak akhir tahun lalu mencapai US$1,16 miliar atau Rp19,3 triliun.
Sementara itu, di SRBI, investor asing mencatatkan posisi beli neto sebesar Rp3,23 triliun, anjlok dari Rp12,93 triliun pada akhir Januari. Di pasar surat utang, minat asing masih lebih stabil, dengan kepemilikan asing mencapai Rp892,81 triliun, meningkat Rp11,52 triliun dibandingkan akhir Januari.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.