BeritaInvestor.id – Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani, memberikan respon positif terhadap peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Menurut Aviliani, tujuan dari Danantara adalah untuk memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola dividen, melakukan restrukturisasi, dan memastikan pengelolaan investasi yang efisien demi mencapai tujuan ekonomi jangka panjang.
Peran dan Dampak BPI Danantara
Pengelolaan aset yang terkoordinasi akan mempengaruhi stabilitas permodalan, memperluas investasi, dan memperkuat sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Aviliani menegaskan bahwa kinerja BUMN di Indonesia sudah baik. Melalui klusterisasi, merger, dan holding, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap BUMN. Terdapat lima BUMN yang sudah diakui sebagai perusahaan kelas dunia, di antaranya adalah Bank Mandiri, BNI, dan BRI.
“Dengan modal yang kuat serta ketahanan BUMN Perbankan dalam menghadapi krisis, optimisme masyarakat harus terbangun,” ungkap Aviliani di Jakarta. Sebagai contoh, Bank Mandiri mencatat pertumbuhan yang signifikan hingga awal 2025. Kredit yang diberikan oleh Bank Mandiri tumbuh sebesar 19,29% tahunan, mencapai Rp 1.307,18 triliun. Peningkatan kredit ini juga berdampak pada total aset yang naik 15,49% menjadi Rp 1.923,40 triliun. Di sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mandiri juga mengalami kenaikan sebesar 15,13% menjadi Rp 1.394,40 triliun, didorong oleh pertumbuhan dana murah atau current account saving account (CASA) yang meningkat 14,54%, bertambah Rp 140,31 triliun.
Pola Pengelolaan dan Pelajaran dari Negara Lain
Pertumbuhan tabungan dan giro ini berhasil menjaga rasio CASA Bank Mandiri pada level 79,28% per Januari 2025. Hal ini menunjukkan likuiditas Bank Mandiri tetap terjaga dengan baik, berkat pertumbuhan DPK yang solid, khususnya dari dana murah. Aviliani juga memberikan contoh sukses negara lain dalam pengelolaan aset, seperti Khazanah Malaysia dengan pertumbuhan 29%, Temasek yang tumbuh 10%, dan Berkshire Hathaway yang tumbuh 5% dari 2019 hingga 2022. Secara khusus, keberhasilan Temasek dalam lima dekade terakhir menunjukkan aset mereka meningkat sepuluh kali lipat dengan pengembalian tahunan antara 10-15%.
Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Eddy Junarsin, menekankan pentingnya transparansi, tata kelola perusahaan, dan manajemen risiko yang baik dalam pengelolaan Danantara. Dia juga menjelaskan bahwa Danantara harus dijauhkan dari kepentingan politik. Semua pihak, termasuk pemerintah dan legislatif, perlu menjaga Danantara agar dapat meningkatkan perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Peluncuran Danantara oleh Presiden Prabowo Subianto
Pada peluncuran Danantara pada tanggal 24 Februari 2025, Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa Danantara akan mengelola lebih dari US$ 900 miliar aset, senilai Rp 14.710 triliun. Dana besar ini akan digunakan untuk berinvestasi di sektor-sektor strategis yang berkelanjutan, termasuk energi terbarukan, manufaktur canggih, dan produksi pangan. Diharapkan bahwa semua proyek ini dapat berkontribusi pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8%.
Kepala Badan Pelaksanaan Danantara, Rosan Roeslani, mengatakan bahwa Danantara akan berperan dalam optimalisasi aset BUMN dan investasi pada sektor-sektor yang memiliki dampak positif serta berkelanjutan. Dia juga memastikan bahwa Danantara akan dikelola sesuai dengan prinsip tata kelola yang baik, transparan, dan penuh integritas. “Ini adalah arahan langsung dari Bapak Presiden,” tegas Rosan.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.