BeritaInvestor.id – Dalam pandangannya, Henry Wibowo, Direktur Eksekutif JP Morgan Indonesia, menganggap bahwa aturan mengenai jumlah saham yang beredar di publik atau free float di Bursa Efek Indonesia (BEI) perlu ditinjau kembali. Menurutnya, free float yang lebih besar dapat menarik lebih banyak dana asing ke pasar saham domestik.
Dampak Ukuran Free Float
Dengan free float yang lebih besar, saham-saham di BEI bisa memiliki bobot yang lebih berat di indeks global seperti FTSE dan MSCI. Henry mengungkapkan bahwa bobot konstituen saham Indonesia di FTSE dan MSCI saat ini hanya berada di angka 1,5% dan 1,7%. Ia menilai angka ini sangat kecil, bahkan bagi beberapa investor mungkin dianggap hanya sebagai kesalahan pembulatan.
Perbandingan dengan Negara Lain
Sebagai perbandingan, China yang masih dalam tahap berkembang pernah mencapai bobot 40%, dan India juga sempat mencapai 15% di kedua indeks tersebut. “Idealnya, bobot saham perusahaan Indonesia seharusnya lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran ekonomi negara-negara tersebut,” kata Henry.
Perbaikan Aturan Free Float
Melihat kondisi ini, Henry berharap agar self regulatory organization (SRO) di Indonesia dapat mengevaluasi aturan saat ini mengenai free float. Dengan perubahan ini, diharapkan minat investor asing untuk berinvestasi di saham BEI dapat meningkat. “Semoga regulasi free float diperbaiki dan lebih detail. Jangan hanya yang di bawah 5% yang disebut sebagai free float,” tambahnya.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.