BeritaInvestor.id – Rupiah berpeluang untuk menguat dalam perdagangan akhir pekan ini karena tekanan pada dolar AS yang mulai mereda. Indeks dolar AS turun 0,58% menjadi 107,31 setelah pernyataan Presiden Donald Trump tentang rencana tarif impor. Meskipun ini menunjukkan potensi Perang Dagang 2.0, kabar bahwa implementasi tarif baru akan dimulai paling cepat April memberi harapan bagi pasar.
Prospek Penguatan Rupiah
Berita positif ini membantu aset emerging market seperti rupiah. Imbal hasil untuk surat utang AS turun ke 4,53% untuk tenor 10 tahun, memperlebar selisih dengan yield di Indonesia. Di pasar offshore, rupiah Non-Deliverable Forward ditutup naik 0,75% ke kisaran Rp16.281/US$. Pada pagi ini, rupiah tetap stabil di level tersebut, menunjukkan peluang penguatan di pasar spot.
Dari pembukaan pasar Asia, mayoritas mata uang menguat, dipimpin oleh baht yang naik 0,49%, diikuti pengarung mata uang lainnya seperti won 0,45% dan ringgit 0,39%. Secara teknikal, rupiah memiliki potensi untuk bergerak menuju Rp16.300/US$ hingga Rp16.250/US$, dengan level resistensi penting berikutnya di Rp16.200/US$.
Data Inflasi dan Respon Pasar
Ada indikasi tekanan dari data inflasi harga grosir AS yang lebih tinggi dari perkiraan, namun hal ini teredam setelah pengumuman tarif yang tertunda. Donald Trump baru-baru ini menandatangani instruksi untuk mengusulkan pungutan baru berdasarkan negara, yang bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan perdagangan.
“Saya akan mengenakan tarif resiprokal, yang berarti apa pun yang dikenakan negara kepada AS,” kata Trump di Ruang Oval, menandakan langkah-langkah balasan terhadap defisit perdagangan.
Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri, juga menambahkan bahwa Indonesia berencana untuk mendiversifikasi pasar ekspor untuk menghindari dampak dari rencana tarif tersebut. “Kami akan melindungi perdagangan domestik sambil memperluas ekspor,” ujarnya.
Sebagai anggota BRICS, Indonesia tetap memantau situasi dan berencana untuk berdialog dengan Duta Besar AS minggu depan. Roro menegaskan bahwa jika tarif ekstrem berlaku, fokus akan dialihkan ke pasar baru di Asia, Afrika, dan Eropa.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.