BeritaInvestor.id – Arus Jual Surat Utang Terjadi di Tengah Kekhawatiran Perang Dagang
Pasar surat utang negara melihat arus jual yang signifikan pada awal pekan ini, setelah sebelumnya mengalami peningkatan yang positif. Masuknya modal asing membuat pasar terlihat cerah, tetapi sentimen negatif terkait perang tarif yang diusulkan oleh Presiden AS, Donald Trump, membuat situasi berbalik.
Kenaikan Imbal Hasil SUN
Pada hari Senin, imbal hasil surat utang negara (SUN) mengalami kenaikan, dengan data dari OTC Bloomberg menunjukkan bahwa yield untuk tenor 2 tahun naik 4,3 basis poin menjadi 6,701%. Yield tenor 5 tahun naik 0,8 basis poin ke 6,657%, dan tenor 10 tahun naik 0,2 basis poin menjadi 6,875%. Meski ada tekanan harga, beberapa tenor SUN masih menunjukkan penguatan, seperti tenor 16 tahun yang turun 9,8 basis poin menjadi 7,181%.
Dampak terhadap IHSG dan Nilai Rupiah
Pergerakan pasar surat utang sejalan dengan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG), yang dibuka melemah dan kini sudah turun 1,75% ke level 6.624. Hal ini juga berdampak pada nilai rupiah, yang turun 0,49% menjadi Rp16.355 per USD.
Kekhawatiran Investor
Kekhawatiran investor dipicu oleh rencana Trump untuk mengenakan tarif impor 25% pada semua baja dan aluminium, yang akan diberlakukan secara universal. Walaupun belum ada tanggal pasti untuk penerapan tarif tersebut, hal ini dapat berdampak besar karena konsumsi baja di AS diperkirakan mencapai 93 juta ton pada tahun ini.
Investor juga cemas mengenai inflasi di AS setelah laporan pekerjaan menunjukkan penurunan tingkat pengangguran menjadi 4%. Índikator lain termasuk kenaikan pertumbuhan upah per jam di bulan Januari semakin menambah kekhawatiran ini.
Perbandingan dengan Pekan Sebelumnya
Berbeda dengan kondisi pekan lalu, di mana Bank Indonesia mencatat net buy di surat berharga negara sebesar Rp9,14 triliun dari investor nonresiden antara 3-6 Februari. Pada hari Kamis lalu, asing memborong Rp9,5 triliun SBN, yang merupakan pembelian terbesar dalam empat bulan terakhir. Rasio kepemilikan asing mencapai Rp887,36 triliun pada 6 Februari, tertinggi sejak akhir Oktober lalu.
Dalam sebulan terakhir, imbal hasil tenor 2 tahun turun hingga 35 basis poin, sedangkan tenor 5 tahun turun 39,4 basis poin. Penurunan juga terlihat pada tenor 10 tahun yang turun 24,7 basis poin, sementara tenor lebih panjang mencatat penurunan lebih kecil.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.