BeritaInvestor.id – Pendapatan usaha FREN tercatat Rp11,41 triliun, turun dari Rp11,65 triliun di 2023. Meski demikian, beban usaha meningkat signifikan, yakni Rp11,72 triliun, naik 5,49% dari periode sebelumnya yang hanya Rp11,11 triliun.
Komponen biaya yang mengalami lonjakan terbesar antara lain:
- Penyusutan dan amortisasi: Rp4,88 triliun (naik dari Rp4,6 triliun).
- Operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi: Rp4,3 triliun (naik dari Rp3,92 triliun).
- Penjualan dan pemasaran: Rp1,6 triliun (naik dari Rp1,48 triliun).
- Beban umum dan administrasi: Rp224,87 miliar (naik dari Rp222,87 miliar).
Di sisi lain, ada penurunan dalam beberapa beban, seperti:
- Beban karyawan: Rp718,36 miliar (turun dari Rp881,87 miliar).
Dari Laba ke Rugi, Derivatif & Kurs Mata Uang Asing Turun
Pada tahun 2023, FREN masih mencatatkan laba usaha sebesar Rp543,7 miliar, namun kini berubah menjadi rugi usaha sebesar Rp309,34 miliar, turun hingga 156,89%.
Beberapa pos pendapatan yang mengalami penurunan tajam meliputi:
- Keuntungan dari liabilitas derivatif: Rp116,09 miliar (turun dari Rp750,29 miliar).
- Keuntungan kurs mata uang asing: Rp32,33 miliar (anjlok dari Rp338,26 miliar).
Namun, ada beberapa pendapatan yang mengalami peningkatan, seperti:
- Keuntungan investasi dalam saham: Rp88,43 miliar (melonjak 118,9% dari rugi Rp467,83 miliar).
- Penghasilan bunga: Rp33,41 miliar (naik drastis dari Rp4,57 miliar).
Liabilitas Turun, Tapi Defisit Makin Bengkak
Dari sisi neraca keuangan, total ekuitas Smartfren meningkat menjadi Rp21,44 triliun, naik signifikan dari Rp15,67 triliun di akhir 2023. Namun, defisit perseroan juga semakin membesar, menyentuh Rp26,33 triliun dari sebelumnya Rp25,04 triliun.
Sementara itu, jumlah liabilitas berkurang secara signifikan dari Rp29,37 triliun menjadi Rp21,73 triliun. Sedangkan total aset juga mengalami penyusutan dari Rp45,04 triliun menjadi Rp43,18 triliun.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor