BeritaInvestor.id – Baru-baru ini, muncul spekulasi bahwa Hashim Djojohadikusumo, adik Presiden Prabowo Subianto, berencana kembali menjadi pemilik PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Rumor ini menyebut bahwa Hashim, melalui perusahaan investasi, berniat mengakuisisi kembali kepemilikan yang pernah ia miliki di perusahaan tambang raksasa tersebut. Meski belum ada konfirmasi resmi, rumor ini memantik diskusi di kalangan pelaku pasar dan pemerhati industri pertambangan.
Awal Mula Adaro dan Dominasi Spanyol
Sejarah panjang PT Adaro Indonesia dimulai pada tahun 1982 ketika perusahaan Spanyol, Enadimsa, memperoleh izin eksplorasi dan eksploitasi delapan blok tambang di Kalimantan dari pemerintah Soeharto. Nama “Adaro” diambil dari keluarga Adaro yang memiliki pengaruh besar dalam dunia pertambangan Spanyol. Selama lebih dari enam tahun, Enadimsa mengelola tambang ini sebelum menjual 80% sahamnya pada tahun 1989 kepada konsorsium perusahaan Australia dan Indonesia.
Perkembangan Pesat dan Awal Konflik Saham
Pasca-pengambilalihan oleh konsorsium New Hope Corporation, PT Asminco Bara Utama, dan MEC Indocoal, Adaro berkembang pesat menjadi pemain utama di industri batu bara Indonesia. Namun, krisis ekonomi Asia pada akhir 1990-an menjadi titik awal dari konflik kepemilikan saham Adaro. Pada 1997, Asminco menggadaikan 40% sahamnya kepada Deutsche Bank Singapura untuk utang sebesar US$ 100 juta. Ketika Asminco gagal melunasi utangnya pada 1998, Deutsche Bank menjual saham tersebut secara di bawah tangan pada tahun 2001 kepada PT Dianlia Setyamukti milik Edwin Soeryadjaya dan Garibaldi Thohir.
Pergulatan Hukum dan Dominasi Pengusaha Nasional
Penjualan saham ini memicu gugatan hukum dari Beckkett Pte. Ltd., perusahaan yang memiliki hubungan dengan Asminco. Meski gugatan ini dibawa hingga ke Mahkamah Agung Singapura, pengadilan menolak klaim Beckkett. Selama proses hukum berlangsung, saham New Hope Corporation dan MEC Indocoal juga berpindah ke tangan Benny Subianto dan Garibaldi Thohir dengan nilai transaksi US$ 378 juta. Dengan akuisisi ini, Adaro menjadi perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh pengusaha nasional.
Melantai di Bursa dan Tonggak Baru Adaro
Pada 2008, Adaro melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui proses initial public offering (IPO). Meski gugatan dari Beckkett berlanjut hingga menjelang IPO, pengadilan kembali menolak tuntutan tersebut. IPO ini menjadi tonggak sejarah baru bagi Adaro, yang kini dikenal sebagai salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor