BeritaInvestor.id – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan rencana mewajibkan perbankan dan lembaga keuangan non-bank untuk terlibat dalam pembiayaan proyek hilirisasi. Pernyataan ini muncul setelah Presiden Prabowo Subianto menunjuknya sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional yang dibentuk melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 1 Tahun 2025.
Dalam konferensi persnya, Bahlil menegaskan bahwa seluruh lembaga perbankan harus mendukung pengembangan hilirisasi, mengingat proyek ini memiliki tingkat pengembalian modal atau internal rate of return (IRR) yang tinggi, rata-rata mencapai 11%-12%. “Tidak ada lagi alasan untuk perbankan memilih-milih proyek. Semua harus ikut mendukung hilirisasi,” ujar Bahlil.
Dampak Pernyataan terhadap Saham Perbankan
Namun, pernyataan tersebut justru memberikan tekanan besar pada saham-saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham bank-bank besar mencatatkan penurunan signifikan pada perdagangan jam 10:36 WIB (13/01/2025):
- BBNI (Bank Negara Indonesia): Anjlok 2,06% ke level Rp4.260 per saham.
- BMRI (Bank Mandiri): Turun 1,78% ke level Rp5.500 per saham.
- BBRI (Bank Rakyat Indonesia): Merosot 1,99% ke level Rp3.930 per saham.
- BBCA (Bank Central Asia): Terkoreksi 0,77% ke level Rp9.650 per saham.
Penurunan ini terjadi di tengah kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi meningkatnya beban perbankan jika harus mendukung penuh proyek hilirisasi. Volume perdagangan juga menunjukkan tekanan jual yang signifikan, seperti pada saham BBRI yang mencatatkan transaksi sebesar 1,33 miliar lot dengan nilai mencapai Rp526,8 miliar.
Kekhawatiran Pasar
Investor mengkhawatirkan bahwa kebijakan ini akan berdampak pada likuiditas perbankan. Selain itu, syarat pembiayaan yang selama ini mengharuskan pengusaha memiliki ekuitas hingga 40% dinilai memberatkan industri lokal, memaksa mereka bergantung pada pembiayaan asing. Hal ini, menurut Bahlil, menjadi salah satu alasan rendahnya kontribusi perbankan nasional terhadap hilirisasi.
“Saya memahami kekhawatiran investor, tetapi kita harus mengutamakan kepentingan nasional. Hilirisasi adalah masa depan ekonomi kita,” tegas Bahlil.
Reaksi Pasar dan Harapan ke Depan
Meski saham perbankan anjlok, para analis menyebutkan bahwa pasar akan kembali menyesuaikan setelah ada kejelasan lebih lanjut mengenai kebijakan ini. Saham-saham perbankan tetap memiliki fundamental yang kuat, didukung oleh pertumbuhan kredit dan laba yang solid pada tahun sebelumnya.
“Kami melihat ini hanya reaksi sementara. Investor butuh kepastian lebih lanjut terkait implementasi kebijakan ini,” ungkap Billy Halomoan salah satu analis di pasar modal.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor