BeritaInvestor.id – Industri ritel di Indonesia diprediksi menghadapi tahun yang berat pada 2025 seiring dengan penerapan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12%. Kebijakan yang mulai berlaku pada Januari 2025 ini diperkirakan akan memberikan tekanan signifikan terhadap daya beli masyarakat. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, menyebutkan bahwa tantangan ini membuat sektor ritel sulit mencapai pertumbuhan dua digit.
“Tanpa adanya stimulus tambahan, pertumbuhan sektor ritel tahun depan kemungkinan besar hanya akan mencapai single digit, bahkan tidak lebih dari 10%,” ujar Alphonzus. Meski beberapa kategori barang bebas PPN, tekanan terhadap konsumsi masyarakat tetap akan terasa, terutama pada barang non-pokok.
Daftar Merek Ritel Terbesar 2023
Pada 2023, beberapa merek ritel mencatatkan penjualan tertinggi di Indonesia, antara lain:
- Alfamart: US$8 miliar
- Indomaret: US$7,89 miliar
- Alfa Midi: US$1,22 miliar
- Transmart Carrefour: US$479 juta
- Hypermart: US$445 juta
- Super Indo: US$312 juta
- Lotte Mart: US$293 juta
- Circle K: US$195 juta
- Farmer’s Market: US$158 juta
- Ramayana: US$83 juta
Secara keseluruhan, nilai total penjualan ritel nasional mencapai US$48,04 miliar pada tahun tersebut.
Dampak Langsung pada Konsumen
Kenaikan tarif PPN diperkirakan mendorong konsumen untuk lebih selektif dalam mengelola pengeluaran, terutama pada kebutuhan non-esensial. Meskipun beberapa kategori barang seperti bahan makanan pokok bebas PPN, kontribusinya terhadap total penjualan dianggap tidak signifikan untuk mengimbangi tekanan pada sektor lainnya.
Pengamat ritel menyoroti bahwa konsumen cenderung menunda pembelian barang tahan lama atau produk sekunder akibat beban pajak yang lebih besar. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan penjualan di segmen tertentu.
Strategi dan Inovasi untuk Bertahan
Pengamat ekonomi ritel, Mulyadi, menyarankan pelaku ritel untuk memanfaatkan teknologi sebagai solusi menghadapi tantangan ini. “Digitalisasi dan personalisasi pengalaman belanja konsumen bisa menjadi cara bagi pelaku ritel untuk tetap relevan di tengah melemahnya daya beli,” ujarnya.
Di sisi lain, pemerintah menyebutkan bahwa kenaikan tarif PPN merupakan langkah strategis untuk meningkatkan pendapatan negara. Namun, pelaku industri berharap adanya insentif tambahan untuk membantu sektor ritel tetap kompetitif.
Yan Ang, Executive Director Operational PT Indomarco Prismatama, mengungkapkan bahwa strategi perusahaan untuk 2025 adalah memperluas jaringan distribusi sekaligus mengoptimalkan digitalisasi. Langkah ini diharapkan mampu menjaga kinerja perusahaan di tengah kenaikan biaya operasional akibat kenaikan tarif PPN.
Proyeksi Tahun 2025
Meskipun tantangan semakin besar, beberapa pelaku industri tetap optimis bahwa sektor ritel dapat bertahan. Kolaborasi antara kebijakan pemerintah yang mendukung dengan inovasi dari pelaku industri diharapkan mampu menjaga stabilitas sektor ini.
“Jika industri mampu beradaptasi dengan inovasi layanan dan pemerintah mendukung melalui insentif yang tepat, maka sektor ritel tetap memiliki peluang untuk tumbuh,” tambah Alphonzus.
Namun, tanpa adanya stimulus tambahan, risiko perlambatan pertumbuhan ritel tetap menjadi kekhawatiran utama bagi pelaku industri.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor