BeritaInvestor.id – Saham dari empat emiten rokok utama di Indonesia mencatatkan lonjakan signifikan pada perdagangan 19 Agustus 2024. Emiten-emiten tersebut adalah PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM), dan PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC).
Saham HMSP melonjak hingga 15,79% ke level Rp 770, saham GGRM naik 8,18% ke Rp 16.200, WIIM mengalami kenaikan 8,79% ke Rp 990, dan ITIC meningkat 4,65% ke Rp 270. Kejutan ini terjadi saat menjelang penutupan pasar, yang membuat investor terkejut dengan kenaikan yang terjadi setelah beberapa emiten ini menyentuh titik terendahnya dalam 10 tahun terakhir.
Pemulihan dari Titik Terendah
Saham HM Sampoerna (HMSP) tiba-tiba bangkit dari posisi terendahnya dalam satu dekade di Rp 640 pada 8 Agustus 2024. Saham Gudang Garam (GGRM) juga mengalami pemulihan setelah mencapai titik terendah di Rp 14.475 pada 9 Agustus 2024. Lonjakan saham HMSP memberikan dampak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang terdorong naik 2,20 poin, menempatkan HMSP di peringkat ke-8 dalam daftar top leaders.
Nilai kapitalisasi pasar HMSP saat ini mencapai Rp 89,56 triliun, menandakan pengaruh besar dari saham ini terhadap pasar modal.
Tantangan di Tengah Kenaikan Saham
Meskipun terjadi lonjakan harga saham, perusahaan rokok tier 1 seperti HMSP dan GGRM masih menghadapi berbagai tantangan. BRI Danareksa Sekuritas mencatat bahwa kedua perusahaan ini masih tertekan oleh melemahnya daya beli konsumen dan regulasi yang tidak menguntungkan. Akibatnya, BRI Danareksa menurunkan peringkat saham HMSP dan GGRM menjadi “hold,” serta menurunkan target harga saham HMSP menjadi Rp 730 dari Rp 1.100, dan GGRM menjadi Rp 17.500 dari Rp 24.000.
Laba Menurun di Tengah Penjualan yang Menguat
Pada semester pertama 2024, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3,31 triliun, turun 11,55% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 3,75 triliun. Meski penjualan bersih HMSP meningkat menjadi Rp 57,81 triliun dari Rp 56,15 triliun pada semester I-2023, beban pokok penjualan yang meningkat menjadi Rp 49,12 triliun dari Rp 46,91 triliun memberikan tekanan pada laba perusahaan.
Di sisi lain, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatat penurunan laba yang lebih drastis. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun hingga 71,85%, dari Rp 3,28 triliun pada semester pertama 2023 menjadi Rp 925,51 miliar pada semester I-2024. Laba per saham GGRM juga menurun menjadi Rp 481 per 30 Juni 2024, dari Rp 1.709 pada akhir Juni 2023. Penurunan laba ini dipicu oleh melemahnya pendapatan perusahaan, yang tercatat menjadi Rp 50,01 triliun di semester pertama tahun ini, dibandingkan dengan Rp 55,85 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor