BeritaInvestor.id – Smartfren Telecom (FREN) mencatatkan kerugian sebesar Rp473,76 miliar per 30 Juni 2024. Meski demikian, kerugian ini mengalami penurunan sebesar 12,78 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, di mana kerugian mencapai Rp543,20 miliar. Hal ini menyebabkan kerugian per saham juga mengalami penurunan menjadi Rp1,24 dari sebelumnya Rp1,62.
Pendapatan dan Beban Usaha
Pada periode ini, Smartfren berhasil mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp5,57 triliun, naik tipis 0,17 persen dari Rp5,56 triliun di semester pertama tahun 2023. Namun, total beban usaha juga meningkat menjadi Rp2,4 triliun dari sebelumnya Rp2,31 triliun, sebagian besar disebabkan oleh peningkatan dalam penyusutan dan amortisasi yang naik menjadi Rp2,4 triliun dari Rp2,31 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi meningkat menjadi Rp2 triliun dari Rp1,86 triliun, sementara beban penjualan dan pemasaran turun sedikit menjadi Rp638,86 miliar dari Rp662,55 miliar. Beban karyawan juga mengalami penurunan menjadi Rp372,08 miliar dari Rp478,33 miliar, dan beban umum serta administrasi berkurang menjadi Rp99,14 miliar dari Rp102,66 miliar.
Laba Usaha dan Laba Lain-lain
Laba usaha Smartfren tercatat sebesar Rp47,32 miliar, turun tajam 67 persen dibandingkan dengan Rp143,63 miliar pada semester pertama tahun 2023. Namun, perusahaan mencatat keuntungan dari perubahan nilai wajar opsi konversi sebesar Rp163,52 miliar, meningkat signifikan dari posisi negatif Rp19,73 miliar pada tahun sebelumnya.
Keuntungan dari selisih kurs menurun menjadi Rp35,71 miliar dari Rp410,02 miliar, sementara penghasilan bunga melonjak menjadi Rp13,83 miliar dari Rp1,78 miliar. Di sisi lain, keuntungan dari penjualan dan penghapusan aset tetap mengalami penurunan menjadi Rp5,99 miliar dari Rp22,13 miliar. Kerugian dari investasi dalam saham juga berkurang menjadi Rp58,84 miliar dari Rp389,86 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Beban bunga dan keuangan lainnya meningkat menjadi Rp601,21 miliar dari Rp585,96 miliar. Namun, beban lain-lain bersih tercatat sebesar Rp41 miliar, naik signifikan dari Rp14,56 miliar. Total beban lain-lain bersih menyusut menjadi Rp399,99 miliar dari Rp547,05 miliar pada semester pertama 2023.
Rugi Bersih dan Kondisi Keuangan
Smartfren mencatat rugi sebelum pajak sebesar Rp352,67 miliar, menurun dari Rp403,41 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Beban pajak tangguhan juga berkurang menjadi Rp121,12 miliar dari Rp139,79 miliar. Dengan demikian, rugi periode berjalan tercatat sebesar Rp473,79 miliar, menurun secara signifikan dari rugi sebesar Rp543,21 miliar pada semester pertama tahun lalu.
Dari sisi ekuitas, Smartfren mencatat peningkatan signifikan menjadi Rp22,27 triliun, naik dari Rp15,67 triliun di akhir tahun 2023. Namun, defisit perusahaan juga membengkak menjadi Rp25,50 triliun dari Rp25,04 triliun di akhir tahun lalu. Total liabilitas menurun menjadi Rp22,97 triliun dari Rp29,37 triliun pada akhir tahun 2023, sementara total aset naik tipis menjadi Rp45,25 triliun dari Rp45,04 triliun.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor