Berita Investor
No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator
Berita Investor
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator
No Result
View All Result
Berita Investor
No Result
View All Result

Penjualan Ritel Tertekan, Prospek Ekonomi Indonesia Suram

by Tim Redaksi
13, August, 2024
in Ekonomi
0
Penjualan Ritel Tertekan, Prospek Ekonomi Indonesia Suram
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

BeritaInvestor.id – Penjualan ritel di Indonesia diprediksi akan terus mengalami penurunan hingga akhir tahun 2024, terutama disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat, khususnya di kalangan kelas menengah yang mengalami tekanan ekonomi secara struktural.

Berdasarkan Survei Penjualan Ritel yang dirilis oleh Bank Indonesia, Indeks Penjualan Riil pada bulan Juni mencatat pertumbuhan tipis sebesar 0,4% dibandingkan bulan sebelumnya, setelah mengalami kontraksi pada bulan Mei. Namun, peningkatan kecil ini diperkirakan tidak akan berlanjut, dengan proyeksi penjualan pada bulan Juli menunjukkan penurunan sebesar 7,4% secara bulanan.

Secara tahunan, penjualan ritel pada Juni masih mencatat pertumbuhan sebesar 2,7% dan diprediksi tumbuh 4,3% year-on-year pada Juli. Namun, secara keseluruhan, prospek penjualan ritel ke depan tetap kurang menggembirakan. Pada kuartal II-2024, penjualan ritel hanya tumbuh 0,7%, lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 1,3%, dan jauh di bawah pertumbuhan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,6% year-on-year.

Dampak Musiman dan Kelesuan Konsumsi Kelas Menengah
Penurunan kinerja penjualan ritel ini menjadi yang terendah sejak kuartal III-2021, ketika perekonomian Indonesia masih tertekan oleh pandemi Covid-19. Survei yang sama juga menunjukkan bahwa penurunan ini diperkirakan akan berlanjut dalam tiga bulan ke depan, terutama pada bulan September. Meskipun demikian, penjualan pada bulan Agustus diperkirakan akan mendapatkan sedikit dorongan dari peringatan HUT RI ke-79, sementara bulan Desember mungkin akan mengalami peningkatan karena adanya perayaan Natal dan Tahun Baru.

Baca:

Pertamina Drilling Gencar Bor Migas di Kaltara untuk Tingkatkan Produksi Nasional

Kemendag Evaluasi Regulasi dan Kolaborasi Mitigasi Krisis Ritel

Kelesuan penjualan ritel setelah periode Ramadan dan Lebaran kemungkinan besar disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat. Kondisi ini memaksa produsen menurunkan harga jual untuk mendorong penjualan, terutama di bulan-bulan yang tidak didukung oleh faktor musiman yang kuat. Hal ini tercermin dari penurunan Indeks Ekspektasi Harga Umum pada bulan September, yang turun dari 136,4 menjadi 134,5.

Penurunan harga ini bisa memperpanjang periode deflasi yang telah berlangsung selama tiga bulan berturut-turut, menambah tekanan pada sektor ritel.

Penurunan Kelas Menengah dan Dampaknya terhadap Konsumsi
Kinerja penjualan ritel yang lambat juga dipengaruhi oleh penurunan daya beli di kalangan kelas menengah. Menurut kajian LPEM Universitas Indonesia, sekitar 8,5 juta orang dari kelas menengah di Indonesia mengalami “degradasi” menjadi kelompok calon kelas menengah dalam lima tahun terakhir.

Pada tahun 2023, jumlah kelas menengah di Indonesia diperkirakan mencapai 52 juta orang atau 18,8% dari total populasi, turun dari 23% pada tahun 2018. Sebagai perbandingan, antara tahun 2014-2018, jumlah kelas menengah meningkat dari 39 juta menjadi 60 juta orang.

Namun, dalam lima tahun terakhir, 8,5 juta orang dari kelompok ini turun menjadi calon kelas menengah. Pada tahun 2023, konsumsi dari kelompok calon kelas menengah yang memiliki pengeluaran antara Rp760.929 hingga Rp1,77 juta per orang per bulan, dan kelas menengah yang memiliki pengeluaran antara Rp1,77 juta hingga Rp8,62 juta per orang per bulan, menyumbang 82,3% dari total konsumsi rumah tangga di Indonesia.

Namun, porsi konsumsi dari kelas menengah justru menurun dari 41,9% pada tahun 2018 menjadi 36,8% pada tahun 2023. Sementara itu, porsi konsumsi calon kelas menengah meningkat dari 42,4% pada tahun 2018 menjadi 45,5% pada tahun 2023.

“Peningkatan alokasi pengeluaran untuk makanan, yang menunjukkan penurunan konsumsi nonmakanan, adalah indikator yang mengkhawatirkan,” ujar Teuku Riefky, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM UI. Peningkatan pengeluaran untuk makanan oleh kelas menengah, dari 36,6% pada tahun 2014 menjadi 41,3% pada tahun 2023, mencerminkan pola konsumsi yang lebih defensif dan penurunan daya beli.

Penurunan daya beli ini dapat berdampak signifikan pada konsumsi agregat, yang selama ini menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Tantangan Berat Penjualan Ritel di Sisa Tahun 2024
Dengan melemahnya daya beli kelas menengah dan penurunan harga oleh produsen, penjualan ritel di Indonesia diperkirakan akan menghadapi tantangan yang semakin berat hingga akhir tahun 2024. Penurunan konsumsi oleh kelas menengah, yang seharusnya menjadi penggerak utama ekonomi, menunjukkan adanya masalah struktural yang perlu diatasi untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi.

 

 


Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor

Tags: Daya Belidegradasi kelas menengahEkonomi IndonesiaKelas Menengahkonsumsi rumah tanggaKuartal II-2024penjualan ritelPenurunan PenjualanPertumbuhan Ekonomisurvei BI
Previous Post

GIAA Catat Pertumbuhan Penumpang 34,99% di Kuartal II-2024

Next Post

Colin Huang, Founder TEMU Kembali Jadi Orang Terkaya di China

Next Post
Colin Huang, Founder TEMU Kembali Jadi Orang Terkaya di China

Colin Huang, Founder TEMU Kembali Jadi Orang Terkaya di China

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Home
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer

Hak Cipta © 2023 - Berita Investor

No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator

Hak Cipta © 2023 - Berita Investor