Berita Investor
No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator
Berita Investor
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator
No Result
View All Result
Berita Investor
No Result
View All Result

Krisis Likuiditas: Bank BUMN dan Pemerintah Bersaing di Pasar Obligasi

by Tim Redaksi
8, July, 2024
in Ekonomi
0
Krisis Likuiditas: Bank BUMN  dan Pemerintah Bersaing di Pasar Obligasi
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

BeritaInvestor.id –  Industri perbankan Indonesia saat ini dihadapkan pada situasi yang semakin kompleks, khususnya bagi Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Mereka harus bersaing ketat dalam memperebutkan likuiditas dengan pemerintah, sementara kondisi global diperburuk oleh kebijakan moneter ketat Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).

Persaingan Ketat di Pasar Obligasi

Permasalahan ini bermula dari kebijakan Bank Indonesia (BI) yang secara bersamaan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Langkah ini menciptakan persaingan ketat antara perbankan Himbara dan pemerintah dalam menarik dana dari investor, terutama saat kondisi likuiditas perbankan sedang mengetat.

Dampak pada Himbara: Pertumbuhan Kredit Terhambat

Baca:

Pertamina Drilling Gencar Bor Migas di Kaltara untuk Tingkatkan Produksi Nasional

Kemendag Evaluasi Regulasi dan Kolaborasi Mitigasi Krisis Ritel

Kondisi likuiditas yang ketat mempersulit Himbara dalam mencari pendanaan. Tingginya suku bunga SBN memaksa Himbara untuk menawarkan suku bunga kredit yang lebih rendah, yang pada gilirannya menekan margin bunga bersih (NIM) mereka. Direktur Utama BTN, Nixon L.P. Napitupulu, mengakui bahwa target pertumbuhan kredit tahun ini terpaksa dipangkas menjadi hanya 10-12%.

Tekanan Eksternal dari The Fed

Kebijakan moneter ketat The Fed dengan menaikkan suku bunga acuan memperparah situasi ini. Melemahnya nilai tukar rupiah dan tingginya inflasi mendorong BI untuk menaikkan suku bunga acuan, yang kemudian meningkatkan suku bunga SRBI. Sementara hal ini menarik aliran dana asing dan menstabilkan rupiah, di sisi lain menyerap likuiditas rupiah dan meningkatkan biaya dana bagi perbankan.

Solusi Bersama untuk Keluar dari Dilema

Situasi ini menuntut solusi yang berimbang untuk menjaga stabilitas makroekonomi tanpa menghambat pertumbuhan sektor riil. Anggota DPR RI Jon Erizal mengusulkan diskusi bersama antara Komisi VI DPR, Komisi XI DPR, Kementerian Keuangan, dan Kementerian BUMN untuk membahas solusi terbaik. Ia menekankan bahwa persaingan ini menyulitkan perbankan dan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Mencari Alternatif Pendanaan

Para pakar ekonomi menyarankan Himbara untuk mencari alternatif pendanaan di luar pasar obligasi. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan penyaluran kredit berbasis syariah yang memiliki risiko lebih rendah. Selain itu, Himbara perlu meningkatkan efisiensi operasional untuk menekan biaya dana.

Dukungan Pemerintah untuk Perbankan

Pemerintah juga diharapkan memberikan dukungan yang lebih kuat kepada perbankan Himbara. Salah satu caranya adalah dengan menurunkan target rasio kredit bermasalah (NPL) yang saat ini dianggap terlalu tinggi. Selain itu, pemerintah perlu mempermudah akses perbankan Himbara ke sumber-sumber pendanaan alternatif.

 


Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor

Tags: alternatif pendanaanbank indonesiaHimbarakebijakan The Fedkrisis likuiditasPerbankan Indonesiapertumbuhan kreditSBNSRBIstabilitas makroekonomi
Previous Post

Bank BTN (BBTN) Resmi Batalkan Akuisisi Bank Muamalat

Next Post

MDKA Alokasikan Rp129,9 Miliar untuk Eksplorasi Tembaga dan Emas

Next Post
MDKA Merugi USD20,65 Juta di Tahun 2023: Analisis dan Prospek Masa Depan

MDKA Alokasikan Rp129,9 Miliar untuk Eksplorasi Tembaga dan Emas

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Home
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer

Hak Cipta © 2023 - Berita Investor

No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator

Hak Cipta © 2023 - Berita Investor